"2025 a.d... Awal dari abad baru hancurnya Jepang. Krisis dunia yang kedua telah dimulai... Satu-satunya tempat yang masih hidup di Jepang yang telah mati... Dust Island!!"
"Awal abad 21... Hancurnya perekonomian Jepang dan munculnya kepanikan di dunia...
Akibat dari ketidakcakapan pemerintah yang hanya memikirkan keuntungan bagi dirinya sendiri saja, Jepang akhirnya banyak dimasuki oleh sampah-sampah industri dan sampah nuklir dari seluruh penjuru dunia sehinggak dikenal sebagai 'Tempat Sampah Dunia'. Hampir separuh dari penduduknya kini lari ke luar negeri. Yang tersisa hanyalah orang-orang lemah... Yang tidak mampu untuk berbuat apa-apa.
Amerika dan negara-negara lainnya pun membuat suatu sistem penanganan untuk menghadapi semakin banyaknya jumlah pengungsi yang berdatangan, semua orang Jepang kini ditanami dengan sebuah chip yang bisa memberitahu keberadaan mereka, selain itu, Jepang kini berada di bawah pengawasan UNMP (Pasukan Penjaga Keamanan PBB) yang sangat keras.
Dalam kondisi Jepang yang seperti itu, muncul seorang pemuda yang mencabut sendiri chip yang ditanam dalam dirinya karena ingin hidup dengan bebas!?"
Untuk mencegah semakin banyaknya pengungsi dari Jepang, pemerintah Amerika mengusulkan kepada PBB untuk meregistrasi semua orang Jepang dengan menanamkan sebuah microchip yang biasanya digunakan untuk narapidana di Amerika. Perdana Menteri Jepang pun ditembak mati ketika menolak usulan tersebut oleh pasukan PBB. Sudah tidak ada lagi artinya hidup di negeri ini.
Pak guru Fujita mengajak Takuya, Yoko dan Ichijo kedalam sebuah gua. Didalamnya terdapat 3 buah pesawat tempur tipe Hovercraft, pesawat yang sanggup lepas landas secara vertikal. Ketiga pesawat tersebut diberikan kepada mereka agar bebas bisa pergi kemana saja, karena sudah tidak ada masa depan lagi di Jepang.
Di hari pertandingan final sepak bola, pak guru Fujita melakukan orasi untuk menentang sistem registrasi baru untuk orang Jepang, karena jika menerimanya sama saja dengan tidak artinya lagi untuk hidup. Pasukan PBB pun menembak pak guru Fujita untuk membungkam semangatnya.
Takuya menganggap kematian pak guru Fujita merupakan pelajaran terakhir bagi mereka. Dia berangkat sendiri mengendarai pesawat terbang meninggalkan Ichijo dan Yoko yang tengah mengandung anaknya menuju Amerika, tujuannya untuk menunjukkan masih ada semangat yang tersisa dari negara Jepang kepada Amerika dengan menabrakkan pesawat ke Gedung Putih.
15 tahun kemudian, Kanbara Takeru anak dari Takuya dan Yoko telah tumbuh dewasa. Perjuangan untuk membawa masa depan Jepang dilanjutkan oleh mereka para tunas-tunas muda, karena merekalah penyelamat Jepang suatu hari nanti.
Komik ini mengambil setting dimana negara Jepang dalam keadaan terpuruk karena kehancuran ekonomi, ditinggalkan oleh Amerika dan negara-negara Eropa. Para pemilik modal lari meninggalkan Jepang dan teknologi Jepang diambil alih oleh negara lain. Jepang yang sekarang hanya menjadi tempat pembuangan sampah dunia. Cerita komik ini sangat bagus melihat masyarakat Jepang yang tersisa terus berjuang untuk menyatukan masyarakat Jepang yang tercerai berai dan membawa kembali masa depan negara Jepang walau banyak yang harus dikorbankan.
Nilai = 9/10
Pengarang = Buronson
Gambar = Tokihiko Matsuura
Jumlah Buku = 3 (tamat)
Penerbit = Elex Media
Tahun terbit di Indonesia = 2006
Jenis = Action, Drama
DQ Review Komik
Contoh Gambar |
No comments:
Post a Comment